Dear diary-nya Rey,
Ini malam Minggu loh, dan saya kembali merasa dada saya sedikit sesak. Nggak tahu apa yang berkecamuk di dada, entah kesepian, entah rindu atau apa?.
Kalaupun rindu, entah harus ditujukan ke siapa rasa ini. Jujur, perasaan saya begitu mudah berubah akhir-akhir ini. Seperti beberapa hari lalu, saya merindukan seseorang yang nyata. Tapi sekarang, justru saya merasa ilfil dengan orang tersebut.
Tapi, rasa rindunya masih melekat, hanya saja saya nggak tahu, rindunya ke siapa?.
Mungkin karena akhir-akhir ini saya merasa burnout.
Saya benar-benar pengen pergi ke suatu tempat, sendirian, merenung. Tapi di sisi lain saya seorang ibu dari 2 anak, yang sedang menumpang hidup di rumah neneknya. Tak mungkin kan saya bisa dengan mudah pergi begitu saja meninggalkan mereka. Apalagi saya sedang tak punya duit, meskipun punya duit saya nggak berani mengeluarkannya dengan cuma-cuma, karena takut dengan pandangan kesal mama.
Ah iya, akhir-akhir ini saya benar-benar merasa tak betah tinggal di sini, sebenarnya sejak awal sih, karena saya merasa tak bisa punya masa depan di sini.
Satu-satunya yang bikin saya bisa tenang dalam bertahan adalah karena saya sedang menunggu panggilan kerja. Meskipun jujur saya juga deg-degan, karena merasa perekonomian dunia sedang tak baik-baik saja, apakah perusahaan yang dituju itu akan bertahan?.
Ternyata semua terjawab di bulan ini, dan yup, perusahaan tersebut akhirnya tumbang juga, dan patah sudah semangat saya bertahan di sini.
Di sisi lain, neneknya anak-anak sudah mulai mengeluh keberatan menanggung kami. Sepertinya neneknya mulai menyadari kalau harapan mereka bahwa papinya anak-anak akan mengirimin anaknya duit, adalah sebuah kesia-siaan, dan menyadari bahwa biaya hidup kami itu mahal dan banyak.
Dengan keluhan itu, saya jadi merasa sedih, anak-anak kena marah terus, lalu akhirnya saya kembali merasa hampa, dan menyadari perasaan dejavu masa lalu.
Dulu, saya pernah merasakan perasaan ini, ketika saya terpaksa menganggur setelah lulus STM demi menemani mama. Hampir setahun saya menganggur, setiap hari saya habiskan dengan memasak dan beberes serta main dengan anak ayam dan anak bebek.
Ketika malam tiba, saya sering berdiri di pintu, menatap bintang saya yang berada di sebelah barat. Bintang yang berada di hampir sejajar dengan 2 gunung yang berdiri di kejauhan. Lalu sambil memperhatikan bintang itu, perasaan seperti ini muncul menguasai diri saya.
Perasaan yang kosong, ingin pergi, merasa tak berdaya, merasa sedih karena merasa sepertinya hidup saya bagai tak punya masa depan.
Sambil menatap bintang itu, saya mulai mencari-cari masa depan yang mungkin kah masih diberikan kepada saya?.
Saya ingin pergi, pergi menjemput masa depan yang bahagia, meskipun saya sadar usia tak lagi muda, tapi saya juga tak mau menyerah begitu saja.
Akan kah masih ada kesempatan untuk saya?
Elweel, 19-04-2025