Sabtu, 12 Oktober 2024

Feeling Exhausted

Dear diary-nya Rey

Saat ini pukul 20.38, dan saya memaksakan diri untuk menulis curhatan aja. Bertemankan oleng di kepala. Nggak tahu sih apa nih pemicunya, yang jelas sebenarnya udah lama saya tuh sering merasa kliyengan kayak ada gempa gitu loh.

Kalau nggak salah sih, sudah setahunan belakangan ini, tapi sejak kemaren, level kliyengannya lumayan meningkat.

Mungkin pengaruh kelelahan mental dan fisik yang berkali-kali lipat kali ya.

Jadi, sudah 2 harian ini saya dan anak-anak keliling Surabaya, di sekitar sekolah anak-anak aja sih, untuk mencari rumah kontrakan.

Tujuannya sih untuk menekan pengeluaran selama ini biar lebih hemat aja.

FYI, sudah setahunan lebih kami tinggal di sebuah kontrakan yang meski mungil tapi lumayan banget harganya. Bukan cuman sewanya yang aduhai harganya, biaya hidup kami tinggal di sini juga uwow.

Karena ada beberapa kebijakan yang bikin biaya hidup jadi mahal, ditambah biaya-biaya lainnya yang bikin nggak bisa sama sekali menyisipkan uang sebagai tabungan.

Alhasil, ketika supply utama duit dari papinya anak-anak berhenti, auto kelimpungan deh saya.

Sudah 2 bulan papinya anak-anak nggak kasih duit buat bayar kontrakan ini, boro-boro bayar lainnya, untuk menutupinya terpaksa saya pinjam dari seorang sahabat yang super baik banget.

Tapi kan nggak mungkin saya harus bergantung dari dipinjamin teman-teman mulu ya. Apalagi kemarin pas si Kakak mau ujian dan nyaris nggak bisa ikutan karena belum bayar SPP, ya ujungnya saya pinjam lagi di teman yang super baik hari lainnya.

Astagaaahhh, sungguh stres banget mengingat hutang saya berjibun.

Ditambah, papinya anak-anak udah hampir 2 mingguan kali nggak bisa dihubungi, dia memblokir semua nomor kami, baik nomor saya, nomor si Kakak bahkan si Adik.

Nggak tahu diblokir, atau memang dia ganti nomor sih.

Nah masalahnya adalah dia pergi gitu aja, nggak peduli anak-anaknya bisa tinggal di sebuah tempat yang aman. Nggak peduli anak-anaknya makan atau enggak. 

Padahal dia tahu banget, betapa sulitnya saya dalam hal menghasilkan uang, karena masih harus mengurus 2 bocah ini setiap saat.

Terakhir kalinya tuh si Kakak pernah nelpon dan sempat diangkat, si kakak nanya gimana nih kontrakan kami?. Dan meminta tolong agar dicarikan kontrakan di sekolahnya yang murah.

Eh papinya cuman melengos dong, dan berujung nggak peduli sama sekali dengan kabar anak-anaknya.

Yang jadi masalah tuh banyak, salah satunya adalah kartu keluarga kami masih beralamatkan rumah bapaknya. Jadi, kalau mau ngurus-ngurus kependudukan atau semacamnya harus ke sana dulu. Yang benar aja? orang saya merinding disko memikirkan kelakukannya.  

Jelas saja saya ogah, bahkan pas kebetulan saya di luar dan melewati gang besar dari alamat trumahnya, saya udah mulai trauma duluan, hehehe.

Padahal sebelumnya saya berniat mengurus surat-suratnya agar anak-anak bisa pindah di sekolah negeri. Kan lumayan, pengeluaran jadi lebih sedikit. 

Saya berharap sih bapakeh aja yang urus, tapi bapakeh malah kabur tanpa pesan sama sekali.

Duh banyak hal sebenarnya yang pengen saya ceritakan di sini, tapi jujur saat ini saya udah ngantuk buangeett! Sejak pagi saya keluyuran, blusukan di beberapa gang untuk mencari rumah kontrakan yang layak tapi juga terjangkau. Kenyataannya, rumah yang dicari nggak juga ketemu.

Di siang hari, saya kembali harus mengantar si Kakak yang ekstra floor ball, lalu kemudian anterin si Adik yang ikutan ekstra pagar nusa.

Pas di jalan, sempat-sempatnya ban motor saya kena paku dan kebingungan sendiri di jalan raya. Untungnya beberapa orang ikut membantu saya dengan menunjukan letak tukang tambal ban

 Ah sudahlah, ceritanya dilanjut besok ya.


Surabaya, 12-10-2024

Posted in  on Oktober 12, 2024 by Blogger Surabaya - Rey |