Jumat, 07 Juni 2024

Batuk Pilek, Pusing dan Dress Code Acara Perpisahan Sekolah TK si Adik

dress code perpisahan tk

Dear diary-nya Rey,

Btw, setelah mempertahankan daya tahan tubuh sampai berminggu-minggu, takut banget kalau sakit, secara acara perpisahan si Adik ini berjilid-jilid banget.

Bertepatan dengan lomba drumband yang persiapannya aja luar biasanya bikin badan remuk saking bolak balik mulu anjem si Adik.

Lalu kemudian perpisahan ke luar kota, trus diajak lagi main salju di Trans Snow World Surabaya yang keduanya itu dalam semingguan dong.

Dan apakah udah selesai? tentu saja belum.

Masih ada perpisahan di hotel, di mana anak-anak bakalan tampil lagi, mama-mamanya juga ikutan tampil, ckckckck.

Untuk itu, saya benar-benar menjaga, jangan sampai si Adik sakit. Tapi lupa, kalau saya juga ternyata nggak boleh sakit.

Nah, minggu ini si Kakak ujian kan, dia batuk pilek pulak. Dan ujungnya saya ketularan dong, huhuhu.

Dan begitulah, sejak semalam saya udah merasa nggak enak badan, eh sejak kemaren malam sih, kata si Adik mami nangis pas bobok.

Biasanya, saya kalau sakit tuh suka ngomong, atau kalau enggak ngeringik pas tidur. Nah kalau udah demikian, was-was deh, karena merupakan tanda bahwa badan akan sakit.

Dan bener saja, tadi subuh saya kesulitan banget mau bangun pagi, hidung tersumbat, sakit kepala dan lainnya. Kalau nggak ingat si Kakak masih harus ujian hari terakhir, kayaknya saya pengen tidur aja lagi. Tapi nggak mungkin kan?.

Apalagi si Adik memang harus masuk sekolah, karena ada latihan acara perpisahannya.

Jadi, dengan memaksakan diri, sayapun bangun, menggoreng telur untuk sarapan anak-anak dan membangunkan mereka. Sempat ngamuk juga akhirnya, karena anak-anak leletnyaaaa minta ampun, sarapan bisa sejaman dong.

Setelah maknya ngereog, baru deh mereka bergerak cepat, dasar anak-anak!.

Si Adik masuk pukul 7 pagi, setelah anter si Adik saya melipir di tempat biasa, untuk mengetik dengan cepat sambil pesan teh hangat yang murmer.

Lagi-lagi saya merasa kalau tubuh ini memang lagi pengen istrahat, pas duduk tiba-tiba merasa sangat kedinginan kena AC, padahal biasanya juga nggak apa-apa.

Akhirnya ketika jemput si Adik, saya putuskan ngajak cari bakso aja biar enakan badannya. Lah, sayangnya masih terlalu pagi, sekitar pukul 10an, jadi susah cari bakso yang buka.

Ketemu di depan Untag, eh kok nyebelin banget, tempatnya kemproh plus banyak lalat, hiks.

Tapi karena udah terlanjur, dibetah-betahin makannya, trus abis itu mual dah, hahaha. Untungnya bisa ditahan, dan kamipun pulang yang mana sampai rumah malah diserang leher yang menggatal.

Bukan cuman itu, sayapun nggak bisa tidur karena dahak yang super mengganggu, sampai batuk-batuk nggak karuan.

Beruntung saya minum obat yang bikin ngantuk, jadi rasa menyiksa tersebut akhirnya teralihkan oleh rasa kantuk yang amat sangat.

Dan saya bangun menjelang magrib, Alhamdulillah merasa lebih baik, meskipun leher masih tetap gatal. Tapi lumayan lah.

Anak-anak juga udah lumayan, masih batuk sih, tapi nggak parah-parah lagi. Anehnya, menjelang tidur kembali lagi tuh batuk mengganggu kami, huhuhu.

Jujur pusing sih, bukan cuman pusing karena memang lagi batpil, tapi pusing mikirin banyak hal, salah satunya tentang kegiatan perpisahan sekolah TK si Adik yang berjilid-jilid ini.

Dari acara lomba marching band Mei lalu, sampai ke Batu, trus ke Trans Snow, pengeluaran yang dibutuhkan udah membeludak.

Mulai dari uang saku, sama persiapannya, beli pernak pernik, sampai baju yang digunakan karena pakai dress code. Sejujurnya saya tuh udah terbiasa dengan dress code, karena sering diundang datang ke event kan. Tapi masalahnya adalah, warna yang dipilih terlalu basic, kayak hitam, coklat, dan you know lah saya nggak suka warna gelap, huhuhu.

Jadinya harus beli lagi lah!.

Sejak acara lomba drumband kemaren, udah banyak item yang terpaksa saya beli, kayak:

  • Jilbab 3 warna, hitam, coklat dan merah.
  • Pesan kaos ibu anak, 2 lembar.
  • Sepatu adik
  • Atasan kemeja hitam dan biru dongker
  • Celana hitam karena nggak mau pakai legging doang
  • Pernak pernik buat tampil di acara perpisahan
  • Sarung tangan 4 buah 

Itu belum termasuk pengeluaran lainnya, kayak jajan, makan, tambahan tiket, dan lainnya.

Nggak masalah sih ya, kan kapan lagi.

Masalahnya kalau duit kitanya masih kudu dipakai buat daftar SD si Adik, daftar ulang si kakak. Beli perlengkapan sekolah anak-anak karena menghadapi tahun ajaran baru.

Mao nangis nggak sih!.

Memang sih bisa kita bilang,

"Insya Allah ada rezekinya!"

Tapi, yang jalanin ini, puyeeenggg banget.

Jujur saya baru mengerti, mengapa dulu saat mau daftar ke TK ini, banyak yang bilang, itu TK mahal. Padahal menurut saya biaya masuknya masih standar lah, nggak jauh-jauh amat sama TK si Adik pas di Sidoarjo. 

Setelah sekarang saya baru mengerti, mengapa dibilang mahal, masya Allaaaaahhhh, adaaa aja pengeluarannya.

Meskipun agak skeptis sih kalau menganggap hal ini sebagai hal yang baru, saya nggak yakin TK-TK lain tidak ada hal-hal demikian ini.

Di sisi lain, sebenarnya saya nggak perlu sampai segininya mengeluarkan uang untuk dress code segala. Namun jadi wajib karena saya sering antar jemput si Adik, dan berpotensi ketemu mama-mama lainnya, atau bahkan gurunya, dan diajak ikutan acara ini itu.

Nah sebagian ortu sebenarnya beruntung, mereka nggak mesti ngikutin banyak acara tersebut. Akan tetapi, saya nggak yakin kalau anaknya merasa beruntung juga.

Ketika sering ikut acara sekolah si Adik, saya jadi liat sendiri bagaimana anak-anak yang tidak didampingi ibunya dalam acara sekolah yang menyedihkan.

Dari pandangan mereka melihat teman-teman lainnya didampingi ibunya, bisa bermanja-manja ke ibu. Sementara mereka harus rela berbagi perhatian gurunya.

Ketika mengantar anak-anak gladi bersih di GOR Sidoarjo lalu, saya sempat menyuapin seorang anak cewek, teman sekelas si Adik. Dan terlihat banget bagaimana happy-nya dia bisa makan disuapin.

Lucunya lagi, kebanyakan anak-anak yang enggak didampingi ortunya ini, belum bisa sepenuhnya mandiri. Seperti anak yang saya suapin kemarenan itu. Dia dong belum bisa makan sendiri, lantaran katanya biasanya disuapin ibunya atau neneknya.

Ketika acara sekolah dan dia nggak didampingi kan jadinya repot. Dia berharap disuapin gurunya, masalahnya kan gurunya banyak yang kudu diurusin, nggak semata nyuapin anak satu doang.

Jadi begitulah, meski mengeluh dalam hati dan tulisan tentang acara perpisahan sekolah anak TK yang berjilid-jilid ini, ada sebongkah perasaan bersyukur karena bisa ikutan dan menyertai si Adik dalam acara sekolahnya. 

Cuman bisa berdoa kencang, semoga Allah melimpahkan rezeki yang berkecukupan dan berkah untuk kami, aamin.

Cukup untuk semuanya, untuk makan, pendidikan, tempat tinggal dan syukur-syukur bisa buat jalan-jalan, bisa buat healing, beli kebutuhan yang kurang urgent, dan lainnya.

Dan yang lebih penting adalah berdoa yang kencang pulak, agar diberi kesehatan lahir batin, buat saya, anak-anak dan papinya anak-anak, aamiin. 

Begitulah


Surabaya, PKB7, 07 Juni 2024